Nilai KeBhinekaan dalam Pembelajaran Bahasa Jawa
Bapak/Ibu Guru menjelang Tahun Ajaran Baru tentunya banyak yang perlu dipersiapkan, untuk lebih mudahnya berikut file ADMINISTRASI TAHUN AJARAN BARU 2024/2025 LENGKAP lengkap untuk KS dan guru yang bisa DOWNLOAD DI SINI l
Itulah salah satu bait penggalan dari syair lagu yang terdengar dari sebuah kelas yang dipergunakan oleh guru pada waktu mengawali pembelajaran bahasa Jawa di sebuah lembaga diutara kota Lumajang yang mayoritas penduduknya orang Madura.Sekilas terdengar janggal, cengkok dan intonasi suara amat jauh berbeda dengan guru yang mengajar, namun hal ini harus tetap dilaksanakan.Disamping karena tuntutan Kurikulum Muatan Lokal,ini juga merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi guru yang peduli dan dalam situasi dan kondisi apapun semua mata pelajaran tidak boleh dianaktirikan.
Astane sendeku,
Mirengake pak guru menawa
didangu
Itulah salah satu bait penggalan dari syair lagu yang terdengar dari sebuah kelas yang dipergunakan oleh guru pada waktu mengawali pembelajaran bahasa Jawa di sebuah lembaga diutara kota Lumajang yang mayoritas penduduknya orang Madura.Sekilas terdengar janggal, cengkok dan intonasi suara amat jauh berbeda dengan guru yang mengajar, namun hal ini harus tetap dilaksanakan.Disamping karena tuntutan Kurikulum Muatan Lokal,ini juga merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi guru yang peduli dan dalam situasi dan kondisi apapun semua mata pelajaran tidak boleh dianaktirikan.
Selain
itu, sebenarnya ada kemiripan antara bahasa Jawa dengan bahasa Madura ditinjau dari
berbagai segi,diantaranya tentang penataan kasta bahasa seperti rincian berikut
:
1. Bahasa ngoko identik dengan bahasa enjek-iyeh
yang digunakan sebagai bahasa komunikasi antar seusia
2. Bahasa ngoko alus juga mirip dengan bahasa enggi-enten sebagai
bahasa komunikasi antara yang muda dengan yang tua
3. Bahasa karma inggil dalam
bahasa Madura ada enggi-bunten sebagai bahasa komunikasi antara usia muda
dengan orang lain yang lebih dihormati
Walaupun demikian,dalam
proses pembelajaran bahasa Jawa ini tidak serta-merta langsung berjalan dengan mulus.
Pada mulanya agak kesulitan dalam menyampaikan materi, itu semua karena memang bukan
bahasa mereka sendiri dan waktu penyampaiannya pun sangat singkat,yaitu hanya 2
jam pelajaran per minggu. Seperti ketika kita mengajarkan bahasa Inggris kepada
siswa kita, sudah pasti “medoknya” akan jelas terlihat.Benar apa yang
diungkapkan Gilbert K. Chesterton bahwa, "Pendidikan adalah periode dimana kau diajar
oleh orang yang tak dikenal, juga tentang sesuatu yang tak ingin kau kenali."
Bisa dibayangkan seorang
guru mengajar bahasa Jawa kepada anak orang Jawa susahnya bukan main, apalagi ini
kepada anak Madura. Disamping motivasi keluarga kurang begitu suka dengan pembelajaran
ini, juga karena kemajuan zaman bisa dikatakan banyak berpengaruh pada proses
kehidupan sang anak. Akan tetapi dengan beberapa penyajian yang menarik apalagi
didukung perangkat IT misalnya MP3 lagu dolanan, serta beberapa software kawruh
basa, pembelajaran mulai dari suku kata hingga tulisan aksara Jawa dapat sedikit
mudah diterima anak-anak.
Penanaman
Kembali Konsep Keberagaman
Semua orang sudah maklum suku
Madura terkenal dengan tipikal kerasnya,
namun banyak hal positif juga dari beberapa sifat mereka. Biasanya mereka sangatlah
menghargai dan santun pada sosok seorang guru terutama guru agama, sehingga jangan
heran bila sampai sekarang belum ada upaya wali murid untuk menolak pembelajaran
muatan lokal bahasa Jawa bagi putra-putrinya,walaupun itu bukan bahasa mereka sehari-hari.
Jadi, dengan pembelajaran ini,
bisa dilakukan proses penanaman kembali konsep keberagaman yang mulai luntur digerus
perkembangan jaman. Semangat sumpah pemuda bisa kita gali mulai saat ini. Bukan
hanya kepada siswa saja, namun masyarakat sekitar sekolah juga terkena imbasnya.
Disamping itu pula, ada suatu
hal penting yang dapat ditanamkan dan tidak ada apa-apanya bila dibandingan dengan
perolehan nilai prestasi siswa. Dengan pembelajaran bahasa Jawa yang seperti ini,
hubungan komunikasi orang tua dan anak dapat terjalin erat lewat belajar bersama.
Hal ini disebabkan karena pembelajaran bahasa Jawa merupakan hal baru dan bertolak
belakang dengan kebiasaannya. Anak bisa belajar dari pengetahuan orang tua sebaliknya
orang tua bertambah ilmunya dari pengalaman anak.
Wajar
bila suatu hari mantan murid penulis pernah bercerita, bahwa dengan adanya pelajaran
bahasa Jawa yang pada mulanya dibencinya setengahmati, justru memberikan motivasi
mereka untuk terus mencoba dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dikenali.
Hal ini terus mewarnai perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun penulis
sudah tidak bersama mereka lagi. Sejenak penulis teringat ungkapan Elbert
Hubbard yang pernah berkata, "Tujuan
mengajar adalah agar siswa bisa terus berkarya tanpa hadirnya seorang guru."
Untuk itu, kita jangan ragu
dengan apa yang kita lakukan pada anak didik. Bila itu dilakukan dengan ikhlas pasti
akan memberikan inspirasi pada kehidupan mereka, walaupun itu Cuma hal yang
sepele.(@kangmartho)